Toleransi Beragama dan Bermasyarakat

Kegiatan

Jumat, 14 Februari 2025



TOLERANSI BERAGAMA DAN BERMASYARAKAT


Hidup dalam si tuasi keberagaman di Indonesia yang sangat plural selalu membawa kita pada perjumpaan dengan yang lain yang berbeda dengan diri kita sendiri. Dalam proses perjumpaan itu dibutuhkan adanya dialog agar kehidupan dapat berjalan denga n lebih baik.

Salah satu bentuk dialog yang mungkin untuk diwujudkan dalam konteks negara kita adalah bersikap toleran dengan umat beragama lain yang berbeda dengan kita.


Toleransi Antar Umat Beragama

Bersikap toleran adalah salah satu ja lan yang harus ditempuh oleh semua umat beragama dala m usahanya untuk mewujudkan kerukunan hidup umat beragama. Karena peran penting yang termuat di dala mnya maka pokok bahasan toleransi harus juga mendapat perhatian secara khusus.


Kata toleransi berasal dari kata Latin, tolerare. Kata kerja tolerare mempunyaarti pokok, yaitu: (1) membawa, memegang; (2) mena nggung, menya barkan, menaha n, membetahkan, membiarkan ;  dan   (3) memelihara   (dengan   susah payah), mempertahankan supaya hidupdan menghidupi.  Dalam KamuBesar Bahasa Indonesia, kata toleransi memiliki arti: (1) sifat atau sikap tolera n dua kelompok ya ng berbeda kebudayaannya; (2) batas ukur untuk penambah an atau pengurangan yang masih diperbolehkan; dan (3) penyimpangan yang masih diterima dalam ukuran kerja. Dari berbagai  macam  rumusan itu, istilatoleransi memiliki arti suatu keterbukaan yang mencakup sikap, sifat, dan semangat hidup dalam kebersamaa n dan perjumpaan dengan yang lain. Makna yang termuat dalam pemahaman itu adalah makna yang sangat positif. Dalam pluralitas kehidupan yang kita hadapl sekarang ini, kita dituntut untuk bersikap positif, yaitu mau menanggu ng, mau sabar, gigih, tabah,

dan bersikap membiarkan.


Dasar Toleransi Antar Umat Beragama

Dasar utama berkaitan dengan masalah toleransi antar umat beragama adalah kebebasan beragama yang diberlakukan di negara kita. Nuansa kebebasan beragama ini tercantu m dengan jelas misalnya dalam UUD 1945, pasal 29. Di dalam pasal tersebut dikatakan bahwa "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tia p pendud uk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Kebebasan beragama itu sendiri bersumber dari martabat manusia.


Dasar utama itu kemudian diturunkan menjad i dasar yuridis yang menjadi arah dan patokan dalam menumbuhkembangkan sikap toleransi antar umat beragama. Dasar yurid is yang bisa dijad ikan sebagai arah dan patokan dalam menumbuhkembangkan sikap toleransi antar umat beragama adalah dasar negara kita yaitu Pancasila. Pancasila dari satu sisi, menjamin ruang kebebasan agar setiap warga negara dapat mengam bil sikap religius dan membina hidup religius dalam kebebasan. Di sisi lain, Pancasila mengungkapkan juga harapan bahwa agama-agama memai n kan peranan yang cukup penting dalam membentu k keh idupan dalam semangat kemanusiaan, persatuan dan keadilan.


Dengan penalaran seperti itu menjadi jelas bahwa dasar negara kita, Pancasila, akan menjadi bermakna jika dihayati sebagai nilai-nilai yang diamalkan dan diperjuangkan. Begitu juga sebaliknya, Pancasila akan menjadi rumusan kosong belaka atau menjad i sarana kepentingan kelompok tertentu kalau dipakai untuk memperjuangkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dikandungnya.


#Toleransi sebagai Sikap Hidup

Toleransi atau bersikap toleran merupakan hal yang mutlak yang harus ada ketika kita menjalani kehidupan dalam kebersamaan dengan orang lain yang berbeda dengan diri kita. Di manapun dan kapanpun kita hidup, baik dalam keluarga, kampu s, masyarakat, ataupu n bersama dengan kelompok sosial lainnya, kita harus bersikap toleran. Bagaimana bersikap toleran dalam bidang-bidang kehidupan tersebut dapat diwujudkan?


#Toleransi dalam Kehidupan Berkeluarga

Toleransi dalam kehidupan berkelua rga merupakan dasar bagi pembangu nan toleransi dalam kehidupan yang lebih luas. Kalau masing-masi ng keluarga dapat hidup rukun satu sama Jain, maka masyarakat (yang berdasar pada keluarga­keluarga) juga akan mengalami kehidupan yang rukun dan damai.


Toleransi dalam keluarga berawal dengan komunikasi. Melalui proses komunikasi yang seimbang, setiap anggota dalam keluarga itu diharapkan dapat saling mengetahui situasi, pengala man, dan kebutuhan pribadi-pribadi lain, sehingga masing-masing bisa sating mengingatkan, menegur, dan menyada rkan seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.


#Toleransi dalam Kehidupan Kampus

Dalam dunia kampus, bersikap toleran dimaknai sebagai usaha menghargai kepribadian orang lain yang berbeda dengan saya, kelompok saya, maupun fakultas saya. Penghargaan terhadap keberadaan pribadi lain itu diwujudkan dalam bentuk kepedulian (bersikap peduli) terhadap semua pihak yang menyokong terselenggaranya dinamika kampus, mulai dari para cleaning-service, satpam, kantin, warung-warung di sekitar kampus, tukang becak, tenaga non-akademik, dan seterusnya.

Kepedulian dengan mereka membutuhkan kemampuan untuk berempati (berbela rasa) dan bukan bersimpati. Melalui empati terhadap semua pihak itu, kita dapat hidup dalam kebersamaa n yang manusiawi.


#Toleransi dalam Kehidupan Bermasyarakat

Toleransi dalam kehidupan bermasya rakat dimula i, dijalani, dan diakhiri dengan mengguna kan bahasa kemanusiaan. Dengan menggunakan bahasa kemanusiaan kita bisa menjali n hubungan yang mendalam dengan pribadi lain tanpa pandang bulu. Hubungan itu didasarkan pada kesadaran utuh bahwa manusia sebagai manusia tidak bisa tidak harus sating tolong menolong dalam keadaan apapun. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan sesarnanya.

Dalarn situasi yang sekarang ini, pengernbangan sikap toleransi dalam kehid upan bermasyarakat merupakan sesuatu yang sangat mendesak untuk diwujudkan, khususnya bagi yang miskin dan tertindas. lntinya, sebagai anggota masyarakat kita d ituntut untuk peka satu sama lain sehingga saling menangkap apa yang dibutuhkan oleh sesama yang lain. Dengan kepekaan itu diharapkan seluruh umat manusia mau dan rela saling menanggung penderitaan satu sama lain.   .


#Toleransi dalam Kehidupan Beragama

Kita semua menyadari bahwa saat ini kita hidup dalam kebersamaan dengan saudara-saudari kita yang beragama berbeda dengan kita. Dalam situasi dan kondisi yang semacam ini, kita diajak untuk membangun dan mengembangkan toleransi dalam kehidupan beragama. Benar bahwa apa yang disebut dengan agama tidak dapat ditoleransikan karena berkaitan dengan dogma, ritus, ajaran, dan hukum­ hukum tertentu. Bagaimana langkah itu harus diambil?


Kehidupan bersama umat manusia ditandai dengan apa yang disebut dengan kemajemukan agama (pluralisme agama). Bersama mereka kita dipanggil untuk membangun kehidupan yang lebih baik, meskipun dalam kenyataan konkritnya sering kita jumpai banyaknya persoalan yang timbul dari masalah perbedaan agama.


Satu langkah positif yang bisa ditempu h adalah dengan menjalankan dialog. Langkah dialog akan menjadi berdayaguna kalau antar umat beragama saling memahami bahasa satu sama lain. Dialog itu akan berjalan dengan baik kalau dialami sebagai suatu hubungan personal, hubungan mendalam antar pribadi. Sapaan-sapaan yang pribadi membuat seseorang tidak mampu menghintlar. Sapaan yang pribadi memungkinkan terjadinya sikap saling terbuka dan bekerja sama dalam segala hal. Sapaan yang pribadi mengangkat ma rtabat manusia sebagai manusia, bukan sebagai barang atau benda yang sama sekali tidak berha rga.


Melihat beberapa faktor dasar tersebut, sikap Gereja Katolik dalam hubungan ini ialah menghargai dengan penuh rasa hormat tingkah laku dan tata cara hidup, peraturan-peraturan serta ajaran agama Jain. Dengan kata lain Gereja Katolik tidak menolak apa saja yang benar dan suci dalam agama-agama lain, tetapi justru harus ikut memelihara dan memperkembangkan unsur-unsur tersebut (bdk. NA.2,2 dan 3).


Secara konkrit sikap Gereja terhadap agama lain adalah sikap dialog, misalnya dialog kehidupan: Penganut agama berbeda hidup bersama sebagai tetangga secara damai dan dengan saling membantu. Dialog kegiatan: Penganut pelbagai agama bekerja demi pembangunan dan pembebasan manusia. Dialog teologi: Ahli bertukar pikiran untuk mengerti dengan lebih baik warisan rohani dan nilai-nilai dari tradisi mereka masing-masing. Dialog pengalaman religius: Dialog antara orang yang berakar secara mendalam di dalam tradisi religius mereka rnasing-masing dan berusaha men-sharing-kan pengalarnan religius itu untuk saling rnemperkaya.


Pelbagai bentuk dialog ini sating berhubungan. Semua bentuk dialog itu ha rus mendukung juga pembangunan integral masyara kat, keadilan sosial dan pembebasan manusia. Dengan dialog itu orang dapat melihat keunggulan masing­ masing yang dapat dimanfaatkan demi kepentingan bersama dan akan lebih mudah untuk melihat serta menerima unsur-unsur yang mempersatukan dari pada unsur- unsur yang memisahkan.


Oleh karena itu, dalam konteks Indonesia, Gereja selalu ditantang untuk semakin menjadi 100% Katolik, sekaligus 100% Indonesia (Mgr. A Soegijapranata). Apalagi di milenium baru ini, adalah suatu keharusan bagi orang-orang kristiani, baik secara personal dan terutama komunal, untuk mulai perjumpaan yang semakin terbuka dengan masyarakat budaya-budaya dan penganut agama dan kepercayaan dalam lingkup kehidupan sehari-hari, bukan saja demi menjaga kesatuan Indonesia akan tetapi juga dalam menghadapi tantangan bersama arus globalisasi yang semakin sekuler disatu sisi dan realitas kemiskinan di sisi yang lain. Di benua Asia, agama dan juga penganutnya mau tidak mau harus berjumpa dengan pluriformitas (keberaga man) keyakinan agama. Agama yang tidak mau bersentuhan dengan kenyataan itu akan ditinggalkan oleh para penganutnya. Perjumpaan dengan umat beragama lain atau yang menghayati keyakinan yang berbeda dengan keyakinannya/agarnanya sendiri terlaksana ketika dalam kehidupan bermasyarakat orang tersebut berusaha untuk hidup rukun dan bersikap toleran dengan orang yang berbeda dengan dirinya. Kerukunan dan toleransi adalah salah satu jal an yang ditempuh demi terwujudnya kehidupan yang lebih manusiawi.


Surabaya, 09 September 2022

Drs. B. RadiKaryojoyo, S.Pd., M.Th.



                                                                           




  • Email: mku@uwks.ac.id
  • Lokasi : UPT Mata Kuliah Umum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya